Hamil-cerpen slide of life-H-23

Aku begitu ingin dimanja. Lelakiku sedang berada entah kemana. Mataku mengitari lingkungan komplek perumahan, berharap menemukannya. Sudah beberapa hari ia tak menemuiku. Rindu dan benci kini menyatu. Entah kenapa, berulang kali ia menyakiti, maka kata maaf selalu kuberikan. Ia selalu berkhianat, menjajakan cinta pada yang lainnya.

Aku berjalan agak tertatih. Berat rasanya langkahku karena kondisi perut yang buncit . Kesekian kali aku hamil, tak pernah pasangan memberikan perhatian. Ia terlalu sibuk dengan mencari cinta lagi. Membuatku muak! Sakit rasanya. Gilanya, aku yang tak mampu mengelak, jika ia datang. Pernah aku lari, ia selalu mendapatkan kembali apa maunya. Beginilah menjadi nasib betina yang malang. Stres sering kualami, membuat tubuh tak lagi terurus dan tak secantik dulu lagi.

Panas terik mentari, langit cerah dengan sinar yang cerah. Aku tetap melanjutkan perjalanan menuju rumah Bu Asih yang sering masak ikan teri. Lagi kepengen, dari malam tadi terbayang-bayang gurihnya ikan kecil-kecil tersebut. Apalagi jika dimasak agak kering. Kunyahan nantinya  akan mengeluarkan suara. Padahal biasanya aku suka ikan laut, tetapi anehnya kali ini seleraku sedikit berubah. Di kompleks perumahan ini, aku sudah tanda hanya Bu Asihlah yang hobi memasak ikan teri. Kadang ia campur jengkol, lain waktu teri itu di padu dengan terong, bahkan dengan tahu, maupun kacang tanah goreng.

Terlihat Bu Asih sedang asyik dengan bunganya. Ia menyiram dan menyiangi rumput-rumput kecil yang tumbuh di sekeliling bunga dalam pot. Wajahbya sangat ceria, aku pastikan karena mungkin keluarga itu baru saja menerima gajian, karena tanggal muda sedang berjalan.

Menyadari kedatanganku, matanya menatap dengan tajam. Wajah itu tak lagi seceria tadi.Terlihat kilatan kebencian. Bibirnya yang berpoles lipstik merah itu pun maju. Padahal aku sudah sering mengunjunginya. Aku hanya tertunduk lesu, mengharapkan belas kasihan. Mudah-mudahan ia mau menolong dan memberi makan kepadaku.

" Ini kucing, hus! Bunting terus nanti beranak di tumpukan kain, dasar! kencing suka di gorden." Wanita itu menyiramku dengan air. Aku kocar-kacir sembari mengeong keras.