Jumat, 29 April 2022

Rasa yang Menyiksaku

Setiap kita pernah mengalami  masa sulit. Lebih tepatnya kondisi dirundung duka. Kesedihan tiada terperi, nyeri terasa di dada. Dalam hati berkata mengapa ini harus terjadi dan menimpaku. Meski mencoba untuk bersabar dan menahan diri. Tidak bisa disangkal air mata pun turun bercucuran.


Tekanan batin yang menyiksa, merasa hidup tiada beruntung seperti orang-orang. Kita mulai membanding-bandingkan jalan alur kehidupan orang lain dengan kita. 


Agama, kembali ke iman. Saran yang sering didapatkan. Ok, mendekatkan diri dengan Tuhan tentu solusi yang paling handal. Kita berserah diri dan meminta bantuan kepada yang serba maha tentunya. Ketenangan dan kesabaran akan menyertai. Paradigma berubah, kenyataan yang dihadapi menjadikan pribadi yang lebih tangguh dan kuat.



Senin, 25 April 2022

💻 

Efektivitas Pembelajaran Daring Kala Pandemi

Pandemi melanda dan mempengaruhi segala aspek kehidupan. Cara memutuskan rantai penularan Covid-19 gerak kita menjadi terbatas. Hal ini mengakibatkan berubahnya sistem bidang pendidikan. Maka pemerintah mengeluarkan kebijakan pembelajaran yang semula secara konvensional atau langsung beralih menjadi daring atau dalam jaringan. Lebih jelasnya yaitu pembelajaran tanpa tatap muka antara guru dan siswa. Di sinilah jaringan internet menjadi diandalkan. Semuanya terkena imbasnya baik pada tingkat dasar, menegah hingga atas. Hal ini tentunya memberikan dampak serta perubahan-perubahan yang terjadi.

Sebenarnya ini tidak dapat dipungkiri, kita memang telah berada pada zaman era digital. Segala aktivitas yang berkaitan dengan berbagai fitur bukanlah hal baru. Bahkan mungkin penduduk Indonesia hampir setengahnya telah paham dan mengerti bermain gawai. Meski ada juga di beberapa pelosok terpencil masih steril dari jangkauan komunikasi maupun jaringan yang tidak stabil.

Bukan tanpa alasan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilakukan. Keadaan yang mendadak dan tidak diikuti dengan persiapan yang optimal. Mengingat hal itu merupakan solusi yang tepat yang dipilih untuk mengatasi masalah pendidikan akibat pandemi maka harus dilaksanakan. Tujuannya tentu kita ketahui bersama agar proses pembelajaran dan pelaksanaan kurikulum dapat terlaksana.

Pelaksanaan berjalan dengan diiringi berbagai deretan masalah lain yang muncul. Baik dari pelajar, gurunya maupun dari faktor pendukungnya. Seperti paket internet, sinyal atau jaringan yang bermasalah hingga ke perekonomian warga. Ada beberapa orang tua murid yang tak mampu untuk memiliki ponsel. Bahkan ada satu ponsel orang tuanya digunakan untuk tiga pelajar yang berbeda tingkatannya. Sebagian rela membeli smartphone dengan cara kredit. Bagi yang tak memiliki ponsel untuk pembelajaran terkadang guru mengunjungi ke rumah siswa atau siswa itu datang ke sekolah menjemput tugas. Selain itu bisa juga menumpang pada tetangga sekitar yang memiliki ponsel. Sekedar melihat intruksi tugas maupun video pembelajaran yang diberikan. Masalah semakin kompleks ketika jaringan internet tidak stabil, tugas terlalu banyak, sulit fokus, pulsa kuota yang terbatas, aplikasi yang rumit .

Jamak kita jumpai justru para orang tua murid memilih untuk mengutamakan mengais rezeki dibanding mengurus atau memberi perhatian anaknya belajar. Belum lagi kemampuan orang tua murid yang tidak bisa membantu untuk mengajari anak mereka di rumah. Lebih menyedihkan serta sangat disesali banyak terjadi kasus anak yang putus sekolah. Ada juga akhirnya mengambil jalan pintas melakukan pernikahan dini. Pernah juga saya baca berita seorang pelajar yang tertekan sampai bunuh diri karena tidak tahan dengan tugas yang menumpuk. Ada lagi yang terkesan lucu, adanya jargon yang beredar menyatakan “Daring membuat Darting.” (Baca : Darting : darah tinggi) Pengalaman menunjukan tingkat emosi orang tua naik drastis. Beban mereka bertambah di tengah himpitan ekonomi yang semakin morat-marit.

Selain itu guru juga masih banyak yang belum melek teknologi. Dari kalangan senior tidak begitu mengerti tentang pembelajaran yang berbasis meeting online  maupun media aplikasi pembelajaran. Bukan hanya mengajar saja bahkan guru harus bisa menjadi konten kreator yang kompetitif. Membuat pembelajaran tidak membosankan serta harus menyenangkan.

Pemerintah tentunya berupaya untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi serta melakukan berbagai evaluasi. Pemberian bantuan paket internet gratis dari kementerian yang diberikan secara bertahap kepada siswa maupun tenaga pendidik. Selanjutnya diadakan pelatihan-pelatihan secara on line bagi guru. Contohnya saya kemarin mengikuti Google For Education menggunakan akun domain nasional@belajar.id yang sangat membantu serta memudahkan tenaga pendidik untuk mengajar, mendesain media pembelajaran, model dan strategi pembelajaran  serta mengelolanya. Baik pada proses pembelajaran maupun administasi teknis. 

Kemampuan guru terus dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas diri melalui kreatifitas. Dapat dikatakan seperti meramu, berinovasi merancang, metode serta memilih aplikasi yang sesuai dengan materi dan metode. Tidak lupa kita harus terus memberi motivasi agar para orang tua serta siswa tidak terbebani secara psikis dan materi.

Menurut saya langkah besar itu tentunya harus ada sinergi antara berbagai pihak. Pemerintah, ujung tombak pendidikan yaitu sekolah-sekolah serta para orang tua murid. Agar segala efektivitas pembelajaran daring kala pandemi berhasil. Kenyataan di lapangan justru berbanding terbalik, yah, kita mengalami hilangnya pengetahuan dan keterampilan secara umum dan spesifik atau biasa disebut learning loss.

Jelas terlihat, berdasarkan pengalaman saya selaku orang tua murid sekaligus guru pada jenjang Sekolah Dasar. Siswa-siswi yang notabene masih pada tahap bermain. Sangat tidak antusias pada tugas yang diberikan oleh guru mereka. Nah, jadilah kebanyakan tugas itu diselesaikan oleh orang. Hasilnya sungguh tidak maksimal, begitu sulit untuk melakukan penilaian yang objektif. Belum lagi, materi ajar menjadi lambat berjalan. Mengingat membagi tugas juga tidak berani banyak. Agar tidak begitu membebani.

Pelaksanaan pembelajaran daring kita belum menunjukkan tingkat keberhasilan yang signifikan. Sosialisasi untuk kemampuan pengoperasian perangkat harus lebih digalakkan. Peran orang tua sebagai pengawas utama di rumah juga harus selalu ada. Kita tidak bisa lepas kontrol anak kita begitu saja. Dapat kita lihat bagaimana anak kita justru lebih tertarik dengan bermain games online atau bermain sosial media. Mereka berselancar internet seperti Facebook, Instagram, Whatsapp, Telegram Youtube, Tik Tok dan sebagainya.  Hal ini saya ungkapkan karena siswa SD saya sudah banyak memiliki akun media sosial serta aplikasi yang menyediakan konten-konten yang justru tidak berguna. Tentunya ini sangat miris dan mengkhawatirkan. Sudah seharusnya kita membatasi mereka untuk memegang gawai jika bukan untuk media pembelajaran. Sesuatu yang sulit memang, terkadang kita memang harus tega dan tegas menghadapi anak kita. Demi sebuah kebaikan untuk semua.

Pengaruhnya mereka menjadi terlena, menjadi pelajar yang malas dan tidak peduli dengan pendidikan lagi. Semoga kita mendapat titik terang pencerahan. Selalu optimis serta berdoa untuk kemajuan dunia pendidikan kita. Akhir kata, dapat saya katakana kita belum berhasil dan efektivitas belajar belum tercapai.


 

MELESET

💆Meleset 

Hari Minggu, hari yang menyenangkan. Selain libur kerja, Sinta bisa pergi ke pasar. Di daerahnya hanya ada pasar tradisional. Jika hari Minggu pasar ramai, karena banyak pedagang pendatang yang buka lapak, hingga di tepi-tepi  jalan aspal menuju masuk pasar.  Hal itu membuat Sinta sangat riang,  apalagi jika ada yang jualan obral. Jika beruntung dapat pula selisih harga yang lumayan dibanding hari biasa.

Sinta sambil bernyanyi, "Pada hari Minggu kuturut Ayah ke kota, eh, salah maksudnya pada hari Minggu aku pergi ke pasar" bersiap dengan baju gamis senada dengan  jilbab yang dikenakan. Perlahan dengan pasti sepeda  motor Sinta menuju arah pasar, hingga parkiran. Hatinya sangat ceria karena suasana didukung isi dompetnya  yang baru gajian.

Sengaja atau tidak, bisa jadi  panggilan pasar yang alami. Lokasi pasar pertama yang tertuju dilewati oleh kaki Sinta adalah deretan toko yang menjual pakaian,rencana dia,  nanti jika sudah  selesai melihat-lihat  barulah rencananya ke bagian belanjaan dapur pikirnya.

Di depan toko banyak pakaian terpajang, ada yang di gantung serta dikenakan pada manekin. Dengan berbagai model dan warna-warni seperti pelangi yang indah. Cantik-cantik berkilaun, kemilau. Mata Sinta membesar dan beberapa kali  meneguk saliva saking ngilernya. Senyum semringah menghiasi wajahnya.

Seakan-akan telinga Sinta mendengar, "Beli aku." Manekin itu berbicara.

"Cobain baju ini, pasti cocok untukmu," pungkas manekin pada toko yang di sebelahnya.

Mata Sinta  mengerjap. Apakah ini nyata atau khayalan batinnya berkata.

"Mana cocok sama aku, aku pendek, sedangkan manekin badanmu proporsional, tinggi langsing," Sinta berbicara dalam hati.

"Cocok kok, kan bisa dipermak. Potong, dan dipaskan." Manekin yang berstelan hijab dan gamis menyahut.

Loh, Sinta terbengong. Mengaruk kepalanya yang tak gatal. Kok bisa ya, manekin menyahut perkataan dalam hati, Sinta keheranan .

"Ayo beli, beli aku!" teriakan manekin itu bersamaan. Terus berulang-ulang.

Melihat Sinta celingukan di teras toko. Si pemilik toko menghampiri dan mengeluarkan segala jurus rayuan maut serta janji manis pujian. Membuat Sinta makin klepek-klepek seperti ayam mau disembelih.

Membuat Sinta kebingungan, linglung. Apa yang harus dilakukan.  Apakah membeli pakaian  atau tidak. Sementara manekin itu terus menggoda dengan senyuman lebar dan manis menawarkan, plus pedagang yang ramah sedunia. Membuat  Sinta lemah lutut dan puncaknya hatinya meleleh.

Memakan waktu hampir satu jam, bernegosiasi tawar menawar dengan penjual serta mencoba sana-sini berbagai model serta warna, akhirnya tas keranjang belanjaan Sinta sudah penuh dengan isi borongan pakaian luar hingga pakaian dalam. Meleset! Istilah yang  digunakan oleh  daerahnya  jika berbelanja di luar batas anggaran, atau  yang direncanakan apa, eh,  yang dibeli malah yang  lain. 

Setelah melihat jam di tangan barulah Sinta tersadar ternyata hari makin beranjak siang, nanti akan terlambat memasak. Catatan belanja tertulis begitu banyak  bahan dapur yang akan dibeli, dengan tergesa-gesa menuju ke lokasi pasar di belakang.

Sesampai  Sinta di rumah, dengan senang hati membongkar belanjaan. Baru disadari uang di dompet hanya tinggal hitungan beberapa lembar untuk modal hidup hingga habis tanggal bulan ini. Isi dompetnya  telah terbang dibelikan berbagai barang. Tanpa bekas dan pesan,  kegembiraan Sinta  seakan menguap berganti kesedihan. Sementara gajian akan cair sekitar dua puluhan hari ke depan. Penyesalan mendera Sinta, kenapa begitu terpesona tadinya dengan jeratan manekin serta penjual baju tadi. Sementara separuh bulan belum terlewati.  Pakaian yang telah terbeli pun rasaya tak secantik semula ketika pertama dilihatnya tadi.  Hati Sinta kesal, akan bagaimana persiapan hari mendatang untuk makan. Karena uang gajian habis dalam waktu singkat.

Sambil memasak, Sinta mengerutu. Mengutuk diri nya yang khilap belanja. Seandainya saja tadi hanya berlalu numpang lewat saja, dan langsung ke bagian belakang pasar. Sinta hanya bisa tepuk jidat ataukah gigit jari. Entahlah, hiks.

AKAD NIKAH

👰 Akad Nikah

Hari ini merupakan hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Tanggalnya akan selalu kuingat. Akad nikah akan segera berlangsung. Dita Afrilina---wanita yang telah lama kuincar akhirnya bertekuk lutut menerima pinanganku.

Sesuai permintaannya akad dilaksanakan di Mesjid besar. Kedua belah pihak keluarga telah hadir. Wajah-wajah bahagia serta semringah memenuhi ruangan. Aku justru didera rasa gugup yang teramat sangat di dalam jiwa. Meskipun ini bukan yang pertama kali. Ya, sebelumnya aku pernah menikah dengan perempuan bernama Tinah. 

Senin, 18 April 2022

Ini Dia, Self Healing Ala Islam Nomor 2 Sering Diabaikan


 

Saat ini kita sering mendengar kata Self Healing. Kata itu diambil dari bahasa Inggris yaitu Self yang artinya diri sendiri sedangkan Healing artinya penyembuhan. Jadi, arti dari self  healing dapat diartikan proses penyembuhan luka diri dari luka batin atau mental.

Sabtu, 16 April 2022

 Luapan Rasa

Hai, salam kenal semua!

Tak kenal, makanya kita kenalan, yuk. Namanya si penulis ini Megawati tanpa Soekarno Putri. Biasa dikenal dengan Megawati Sorek. Hanya seorang wanita biasa yang ingin mencoba passion-nya di dunia literasi.

Senang sekali menemukan wadah untuk menulis dan mencoba mencurahkan apa saja yang ingin disampaikan. Ada ide, pemikiran atau hal yang dirasakan yang ingin dituliskan. Deretan aksara yang mewakili perasaan yang dialami. Ini bukan curhatan pribadi semata. bisa saja ada empati, simpati maupun kekritisan mewakili.

Seorang sahabat menyarankan agar membuat blog ini, sebagai tempat menyalurkan. Terima kasih yang tak terhingga untuk beliau. Mungkin seharusnya lebih tepat di sini saya menyajikan ulasan yang informatif tentunya ya. Mungkin itu sementara yang dapat diutarakan tanpa bisa kuselatankan, he.


Wanita dan Skincare

  Skincare diambil dari Bahasa Inggris yang artinya skin artinya kulit sedangkan care artinya peduli jadilah skincare   adalah berbagai   ...