Senin, 25 April 2022

💻 

Efektivitas Pembelajaran Daring Kala Pandemi

Pandemi melanda dan mempengaruhi segala aspek kehidupan. Cara memutuskan rantai penularan Covid-19 gerak kita menjadi terbatas. Hal ini mengakibatkan berubahnya sistem bidang pendidikan. Maka pemerintah mengeluarkan kebijakan pembelajaran yang semula secara konvensional atau langsung beralih menjadi daring atau dalam jaringan. Lebih jelasnya yaitu pembelajaran tanpa tatap muka antara guru dan siswa. Di sinilah jaringan internet menjadi diandalkan. Semuanya terkena imbasnya baik pada tingkat dasar, menegah hingga atas. Hal ini tentunya memberikan dampak serta perubahan-perubahan yang terjadi.

Sebenarnya ini tidak dapat dipungkiri, kita memang telah berada pada zaman era digital. Segala aktivitas yang berkaitan dengan berbagai fitur bukanlah hal baru. Bahkan mungkin penduduk Indonesia hampir setengahnya telah paham dan mengerti bermain gawai. Meski ada juga di beberapa pelosok terpencil masih steril dari jangkauan komunikasi maupun jaringan yang tidak stabil.

Bukan tanpa alasan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dilakukan. Keadaan yang mendadak dan tidak diikuti dengan persiapan yang optimal. Mengingat hal itu merupakan solusi yang tepat yang dipilih untuk mengatasi masalah pendidikan akibat pandemi maka harus dilaksanakan. Tujuannya tentu kita ketahui bersama agar proses pembelajaran dan pelaksanaan kurikulum dapat terlaksana.

Pelaksanaan berjalan dengan diiringi berbagai deretan masalah lain yang muncul. Baik dari pelajar, gurunya maupun dari faktor pendukungnya. Seperti paket internet, sinyal atau jaringan yang bermasalah hingga ke perekonomian warga. Ada beberapa orang tua murid yang tak mampu untuk memiliki ponsel. Bahkan ada satu ponsel orang tuanya digunakan untuk tiga pelajar yang berbeda tingkatannya. Sebagian rela membeli smartphone dengan cara kredit. Bagi yang tak memiliki ponsel untuk pembelajaran terkadang guru mengunjungi ke rumah siswa atau siswa itu datang ke sekolah menjemput tugas. Selain itu bisa juga menumpang pada tetangga sekitar yang memiliki ponsel. Sekedar melihat intruksi tugas maupun video pembelajaran yang diberikan. Masalah semakin kompleks ketika jaringan internet tidak stabil, tugas terlalu banyak, sulit fokus, pulsa kuota yang terbatas, aplikasi yang rumit .

Jamak kita jumpai justru para orang tua murid memilih untuk mengutamakan mengais rezeki dibanding mengurus atau memberi perhatian anaknya belajar. Belum lagi kemampuan orang tua murid yang tidak bisa membantu untuk mengajari anak mereka di rumah. Lebih menyedihkan serta sangat disesali banyak terjadi kasus anak yang putus sekolah. Ada juga akhirnya mengambil jalan pintas melakukan pernikahan dini. Pernah juga saya baca berita seorang pelajar yang tertekan sampai bunuh diri karena tidak tahan dengan tugas yang menumpuk. Ada lagi yang terkesan lucu, adanya jargon yang beredar menyatakan “Daring membuat Darting.” (Baca : Darting : darah tinggi) Pengalaman menunjukan tingkat emosi orang tua naik drastis. Beban mereka bertambah di tengah himpitan ekonomi yang semakin morat-marit.

Selain itu guru juga masih banyak yang belum melek teknologi. Dari kalangan senior tidak begitu mengerti tentang pembelajaran yang berbasis meeting online  maupun media aplikasi pembelajaran. Bukan hanya mengajar saja bahkan guru harus bisa menjadi konten kreator yang kompetitif. Membuat pembelajaran tidak membosankan serta harus menyenangkan.

Pemerintah tentunya berupaya untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi serta melakukan berbagai evaluasi. Pemberian bantuan paket internet gratis dari kementerian yang diberikan secara bertahap kepada siswa maupun tenaga pendidik. Selanjutnya diadakan pelatihan-pelatihan secara on line bagi guru. Contohnya saya kemarin mengikuti Google For Education menggunakan akun domain nasional@belajar.id yang sangat membantu serta memudahkan tenaga pendidik untuk mengajar, mendesain media pembelajaran, model dan strategi pembelajaran  serta mengelolanya. Baik pada proses pembelajaran maupun administasi teknis. 

Kemampuan guru terus dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas diri melalui kreatifitas. Dapat dikatakan seperti meramu, berinovasi merancang, metode serta memilih aplikasi yang sesuai dengan materi dan metode. Tidak lupa kita harus terus memberi motivasi agar para orang tua serta siswa tidak terbebani secara psikis dan materi.

Menurut saya langkah besar itu tentunya harus ada sinergi antara berbagai pihak. Pemerintah, ujung tombak pendidikan yaitu sekolah-sekolah serta para orang tua murid. Agar segala efektivitas pembelajaran daring kala pandemi berhasil. Kenyataan di lapangan justru berbanding terbalik, yah, kita mengalami hilangnya pengetahuan dan keterampilan secara umum dan spesifik atau biasa disebut learning loss.

Jelas terlihat, berdasarkan pengalaman saya selaku orang tua murid sekaligus guru pada jenjang Sekolah Dasar. Siswa-siswi yang notabene masih pada tahap bermain. Sangat tidak antusias pada tugas yang diberikan oleh guru mereka. Nah, jadilah kebanyakan tugas itu diselesaikan oleh orang. Hasilnya sungguh tidak maksimal, begitu sulit untuk melakukan penilaian yang objektif. Belum lagi, materi ajar menjadi lambat berjalan. Mengingat membagi tugas juga tidak berani banyak. Agar tidak begitu membebani.

Pelaksanaan pembelajaran daring kita belum menunjukkan tingkat keberhasilan yang signifikan. Sosialisasi untuk kemampuan pengoperasian perangkat harus lebih digalakkan. Peran orang tua sebagai pengawas utama di rumah juga harus selalu ada. Kita tidak bisa lepas kontrol anak kita begitu saja. Dapat kita lihat bagaimana anak kita justru lebih tertarik dengan bermain games online atau bermain sosial media. Mereka berselancar internet seperti Facebook, Instagram, Whatsapp, Telegram Youtube, Tik Tok dan sebagainya.  Hal ini saya ungkapkan karena siswa SD saya sudah banyak memiliki akun media sosial serta aplikasi yang menyediakan konten-konten yang justru tidak berguna. Tentunya ini sangat miris dan mengkhawatirkan. Sudah seharusnya kita membatasi mereka untuk memegang gawai jika bukan untuk media pembelajaran. Sesuatu yang sulit memang, terkadang kita memang harus tega dan tegas menghadapi anak kita. Demi sebuah kebaikan untuk semua.

Pengaruhnya mereka menjadi terlena, menjadi pelajar yang malas dan tidak peduli dengan pendidikan lagi. Semoga kita mendapat titik terang pencerahan. Selalu optimis serta berdoa untuk kemajuan dunia pendidikan kita. Akhir kata, dapat saya katakana kita belum berhasil dan efektivitas belajar belum tercapai.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wanita dan Skincare

  Skincare diambil dari Bahasa Inggris yang artinya skin artinya kulit sedangkan care artinya peduli jadilah skincare   adalah berbagai   ...