👰 Akad Nikah
Hari ini merupakan hari yang paling bersejarah dalam
hidupku. Tanggalnya akan selalu kuingat. Akad nikah akan segera berlangsung. Dita
Afrilina---wanita yang telah lama kuincar akhirnya bertekuk lutut menerima
pinanganku.
Sesuai permintaannya akad dilaksanakan di Mesjid besar. Kedua belah pihak keluarga telah hadir. Wajah-wajah bahagia serta semringah memenuhi ruangan. Aku justru didera rasa gugup yang teramat sangat di dalam jiwa. Meskipun ini bukan yang pertama kali. Ya, sebelumnya aku pernah menikah dengan perempuan bernama Tinah.
Ayah Dita menjabat tanganku tegas. Tatapannya
membuatku salah tingkah. Keringat keluar dari pori-pori tubuh. Pak penghulu
menyarankan untuk uji coba dulu beberapa kali agar nanti tidak terjadi
kesalahan. Akhirnya, tibalah waktunya untuk dimulai, beberapa kamera dari
ponsel keluarga dan kerabat tertuju kepada kami.
“Gino Susino bin Santoso, saya nikahkan dan saya
kawinkan engkau dengan putri saya---Dita Afrilina binti Rudi Sucipto dengan mas
kawin 350 juta berbentuk cincin berlian, dibayar tunai.”
“Saya terima nikah dan kawinnya Dita Afrilina binti
Rudi Sucipto dengan mas kawin tersebut tunai.”
“Sah?” tanya Pak Penghulu.
“Sah!”
“Sah!”
“Alhamdulillah.”
Ucapan syukur pun berkumandang dari semua yang
hadir. Aku mengembuskan napas, lega. Mataku tak berkedip saat Dita dituntun
untuk duduk di sampingku. Balutan kebaya putih berhiaskan payet yang berkilap
di beberapa bagian kebaya, dipadu dengan kain rok bawahan motif batik. Ditambah
rambut yang disanggul tinggi dengan hiasan bunga melati serta mahkota kecil.
Mengikuti arahan, aku mengambil cincin berwarna
putih yang berkilauan dalam kotak beludru berbentuk hati berwarna merah. Ku
raih perlahan jari Dita yang terasa dingin. Pelan dan pasti cincin itu tersemat
di jari lentiknya.
Keesokan harinya barulah kami melaksanakan resepsi
pernikahan dengan meriah. Rumah kediaman Dita yang telah didekor dan disulap
dengan indah untuk menjamu para tamu undangan. Senyum selalu menghiasi wajah
cantik istriku. Beberapa kali ucapan terima kasih ia ucapkan kepada para tamu
yang memberi restu.
Setelah seminggu, kami memutuskan kembali ke kota.
Niatku kembali ke kampung hanya mempersunting Dita, yang dulu menolakku karena
miskin. Hal itulah yang membuatku sakit hati, bertekad untuk menjadi orang kaya
raya dan membalas hinaannya dan keluarganya.
Awal-awal menjadi pengantin baru, tentu kami sangat
bahagia. Sayangnya hal itu tidak berlangsung lama. Di kota aku harus mulai
kerja keras kembali, tabunganku sudah habis untuk modal nikah. Saatnya
mengumpulkan harta kembali. Mulai malam ini, malam panjang terus berlanjut.
Dita akan sering kusuruh bergadang, menggantikan Tinah yang sudah kukubur di
sumur belakang rumah. Bergadang menjaga lilin, dan aku pun berkeliling mencari
pundi-pundi uang.
Akhir cerita nya koq agak2 mengerikan yah
BalasHapusWah ini cerpen horor terus ya
BalasHapusYa lanjutkan
Masya Allah, keren Bu. Endingnya itu,,, seraam
BalasHapus