Helena merasa emosi dan frustasi karena lelakinya telah berbagi cinta pada wanita lain. Hatinya sangat pedih, luka bagai tertusuk sembilu. Rasa kepercayaannya selama ini ternyata dibalas dengan menyakitkan. Bayu---sang suami yang dulunya begitu ia banggakan, kini telah nampak belang aslinya.
Siang tadi, tanpa sengaja ia pergi menyusul suaminya itu ke kantor. Ia berinisiatif ingin memberikan kejutan, nyatanya dia yang dibuat terkejut. Pantas saja sang sekretaris suaminya langsung pucat melihat kedatangannya. Tanpa mengetuk pintu, ia pun melihat pemandangan yang tak pantas. Suaminya sedang bercumbu dengan seorang wanita muda. Dua makhluk berlainan jenis itu kontan terkejut. Si perempuan membenarkan pakaian dan duduknya dengan wajah tertunduk. Bayu berusaha mengejar Helena yang sudah berlari menuju lift. Istrinya telah pun meneriaki taxi dan menuju ke rumah dengan hati hancur.
Di kamarnya Helena telah memporak-poranda kamar. Jari lentik jemarinya yang berhiaskan kutek berwarna merah meraba-raba nakas, Ia menemukan sebilah belati. Benda tajam berkilat itu ia pandangi dengan mata nyalang. Bibir berpoles norak itu pun tersenyum penuh arti.
Terdengar knop pintu berbunyi. Helena membalikkan badan menghadap ke pintu. Gugup, dengan napas memburu. Dadanya terlihat turun naik. Kedua tangannya disembunyikan ke belakang. Wajah kusut, mata sembap dan rambut yang kusut, penampilan yng sangat jauh dari biasanya. Ia sudah merasa mencoba untuk menjadi istri yang sempurna di mata suami. Segi penampilan maupun sikap sudah ia lakukan dengan maksimal. Cinta dan kesetiaan begitu ia jaga. Bayu, adalah yang ia perjuangkan. Meski tanpa restu ia nekat tetap memilih lelaki tampan tersebut.
Sosok Bayu melangkah pelan, wajahnya memelas. Beberapa kali ia menyisir rambut dengan jarinya. Ia tahu Helena pasti kecewa. Ia mencoba untuk meminta maaf, meski sulit. Jarak semakin menipis, Bayu mencoba memikirkan kata-kata yang tepat, secepat kilat Helena berteriak. Menusuk tepat pada dada suaminya itu.
Tubuh tegap itu limbung dengan kedua matanya menyipit. Bayu menarik napas yang menyengal dada, kian sesak. Bibirnya seakan ingin berucap tetapi justru melotot meregang nyawa.
Klik!
Tombol TV dimatikan.
"Mama!" Aku setengah berteriak.
"Pagi-pagi berisik, nonton, suaranya keras kali kek pakai toa. Mandi gih! Sudah sore, nonton sinetron terus."
~
Iya ,sedih kalau dalam sekenerio percinta dan kadang bahagia dalam kedua insan ,ya namanya cita buta dan nafsu
BalasHapusMakasih sudah mampir, ya
HapusSerem .....m
BalasHapusiyakah, Say
HapusKisah yg menegangkan. Bu Mega sangat apik meramu cerita
BalasHapusAlhamdulillah, syukurlah, makasi ya
Hapus