Rabu, 06 Juli 2022

Jalan di Sawitan-cerpen horor- H-27-



Pukul 02.15 dini hari kami dalam perjalanan pulang menuju komplek perumahan kami yang disediakan oleh Perusahaan tempatku bekerja. Melewati jalan kuning, yang di sisi kiri kanannya adalah pohon sawit milik PT yang subur.

Hanya mengandalkan lampu dari sepeda motor yang menyoroti jalan. Tanah kuning agak becek karena senja tadi turun hujan lebat sebentar.

Bukan tanpa alasan kami kemalaman diperjalanan. Hal ini dikarenakan menjenguk paman istriku yang baru saja mengalami kecelakaan dan harus dirawat di rumah sakit. 

Setengah kencang kupacu sepeda motor model jadulku ini. Agar lebih cepat sampai di rumah. Tak kami hiraukan lagi embusan angin malam yang menusuk, dingin menembus jaket yang kami kenakan. Karena matapun telah berat menahan kantuk.

"Astagfirullah!" ucapku kaget sambil menginjak rem sepeda motor.

Istriku yang di boncengan belakang pun ikut melorot ke depan, karena dihentikan mendadak.

"Kenapa, Bang?" tandasnya cepat, karena terkejut.

"Tiba-tiba seperti ada kucing melintas, Dek," jawabku sambil mata mengitari sebelah sisi kiri, mencoba mencari bayangan kucing itu. Namun, usahaku nihil. Karena pekatnya malam.

"Udah ah, buruan. Perasaan Abang aja itu," ujarnya agak ketus. Tak sabar istriku itu ingin segera sampai di rumah mungkin agar bisa beristirahat.

Kembali memasukkan gigi kendaraan, tancap gas. Aku bawa tak selaju tadi, tetapi kedinginan tetap terasa menyergap.

Kembali rem kuinjak, tetapi tak mendadak seperti yang semula. Sepeda motor tetap masih dalam posisi menyala. Agar dapat lampu penerangan.

"Ada apa lagi bang?" tanya istriku mendengus kesal.

"Itu, Dek , ada benda putih di atas tu." Suaraku bergetar, karena rasa takut mulai menghinggapi.

"Dimana, yang itu ya?" Telunjuknya menunjuk ke arah sekitar lima meter dari kami berada, serta memicingkan matanya.

"I ... i ... iya, Dek," jawabku terbata-bata.

Istriku merapatkan tubuhnya serta kedua tangannya melingkar di pinggangku, sepertinya ikut merasakan yang kini mencekamku.

Benda putih tidak terlalu tinggi, sama dengan tubuhku itu, seperti melambai-lambai ke arah depan dan ke samping. Menari-nari, seperti akan terbang menuju ke arah kami. Pikiranku melayang membayangkan kuntilanak atau wowo gombel penunggu jalan inikah yang muncul. Aku menoleh ke belakang mendapati wajah wanita yang kunikahi dua tahun lalu itu pucat, akunya justru jadi gemetaran. Kembali aku menghadapkan muka ke depan, tercenung.

"Jadi bagaimana bang? Putar balik kita," usul istriku, sambil menepuk punggungku, agar terlepas dari rasa terpaku.

"Lewat aja, baca doa ya, Dek," ucapku sambil mencoba mengumpulkan keberanian.

Kembali kendaraan aku jalankan secara berlahan.

"Numpang lewat Mbah, jangan ganggu kami," ucapku berulangkali.

Istriku membaca ayat kursi dengan nada cepat namun pelan. Juga diulanginya terus menerus.

Semakin mendekat, tubuhku yang tadi bergetar, kembali mendapat serangan gemetaran yang lebih hebat. Hampir jatuh karena keseimbangan sepeda motor hampir oleng. Hingga hampir dekat mencapai satu meter lagi mendekati benda putih tersebut. Barulah terlihat dengan jelas. Rupanya tenyata karung goni bekas pupuk sawit yang tersangkut di salah satu pelepah pohon sawit yang posisinya pas merunduk di pinggir jalan tersebut. Tertiup angin, pantas saja melambai kesana kemari, dengan tulisan besar pada karung goni tersebut tertulis "DOLOMIT M-100".

Rasa ketakutan yang tadi hadir melanda kami berubah menjadi rasa geli lucu. Hingga sampai ke rumah kami tertawa dengan senyum-senyum berdua sambil merutuki diri atas ketakutan kami tadi. Selanjutnya kami sepakat tidak akan menceritakan hal ini pada siapapun. Cukup menjadi kenangan yang akan kami ceritakan pada anak cucu nantinya. 

~

2 komentar:

  1. Cerpen bagus... Bu Mega memang kerenπŸ‘πŸ‘πŸ‘

    BalasHapus
  2. Bu Bu ,sepakat tidak mau menceritakan ternyalat di sini di ceeitakannya 😁

    BalasHapus

Wanita dan Skincare

  Skincare diambil dari Bahasa Inggris yang artinya skin artinya kulit sedangkan care artinya peduli jadilah skincare   adalah berbagai   ...