Sabtu, 04 Juni 2022

CINTA GILA- CERPEN MS

 

Aku merasa rindu menguasai raga, berharap hadirmu meredam gemuruh mengulung gelora di hati. Rindu ini bahkan seperti duri, menancap perih melahirkan risau bermuram durja. Seiring resah berlapis harap bahkan pilu. Ini gila! Tapi ini juga aneh sekaligus hal yang tak aku mengerti. Bagaimana bisa? Perasaan ini jelas salah. Jodoh, tak dapat diraih. Ikatan suci itu tak bisa kugenggam, apalagi merengkuhmu. Betapa pun hasrat ini begitu menggebu, lagi-lagi aku terhempas pada kenyataan. Tak mestinya aku merindukan yang bukan milikku, tepatnya ada batasan atau sekat yang amat kokoh. Seperti lagu duet Broery Marantika dan Dewi Yull, lirik tembang lawas,  sempat hist pada masanya itu seakan menyindirku. ‘ Terlarang sudah rinduku padamu.’

 

Di toilet, aku berteriak histeris, kedua tangan meremas rambut dengan kuat. Dilema antara memperjuangkan cinta atau memupuskan impian tuk bisa memilikimu selamanya. Menatap cermin di hadapanku. Pantulan itu tampak berdiri seorang  pria kurus dengan wajah tirus, kuyu,  lalu menerbitkan seringgaiannya.


“Menyedihkan! Apa yang kau lakukan selama ini. Hanya jadi penguntit, hah!” ejeknya.


“Aku mencintai Alisa dengan seluruh jiwa ragaku,”cetusku.


“Tidak akan menjadi milikmu, tidak akan pernah!”


“Tidak! Tidak boleh terjadi!” pekikku cepat.


“Dia telah jadi milik orang, dan  kau? tak berdaya.” Kembali bayangan pada cermin itu melolong memprovokasiku.


“Tidak! Alisa milikku! Hanya milikku! Selamanya!” pekikkanku menggema seraya menatap cermin dengan lekat. Terlihat urat leher yang  menonjol, tetapi bayangan itu membalas dengan senyuman tipis meremehkan. “Tidak,” lirihku putus asa.


“Jika cinta berjuanglah, untuk itu. Rebut Ia dari pria itu,” hardiknya dengan mata merah melotot, dalam pandanganku wajah pantulan cerminku itu seperti monster yang menyeramkan.


Terdengar tawa nyaring seperti mengolokku memenuhi ruangan berukuran  tiga kali dua meter tersebut, membuat telinga penuh dengan dengungan  seperti lebah. Kedua tangan menutupi telinga. Kepala berdenyut, dada sesak seakan  kehabisan oksigen, mata panas dan  pandangan berkabut. Mengalirkan buliran bening lolos dari kelopak mataku. Dengan sigap meraih pengepel lantai yang tak jauh dariku,  melempar ke arah cermin tersebut. Menciptakan hanya retakan besar, rasanya belum  puas, mencari benda lain apa saja, gayung, ember,  sapu, kembali menghantamkan ke cermin dengan keras, akhirnya hancur berderai. Rasanya terbayar amarahku melihat bayangan yang seakan mewakili dunia yang tak berpihak padaku  itu menjadi serpihan. Untungnya tiada orang yang masuk ke ruangan  ini karena pada jam sibuk semua. Hanya bisa duduk berselonjor  tersandar dengan pandangan kosong menerawang.


Ini tidak adil, aku pun berhak tuk bahagia. Apa yang kuimpikan  harus dapat kugapai apa pun itu halangannya akan kulawan. Bukankah selama ini  telah bersabar dan menunggu saja. Hanya penderitaan dan kesendirian   yang setia mewarnai hidupku. Lelah, mengapa duniaku tak seindah cahaya mentari yang mentereng. Tiada kasih sayang, perhatian dari orang tua maupun dari sekeliling  yang kuterima. Hanya pandangan iba selalu menyertai hidupku. Kasihan!


Kali ini, tiada pilihan lain. Keputusanku telah bulat, menjadi tekad yang tak bisa diganggu gugat. Rencana terakhir akan kulakukan untuk mendapatkanmu secara utuh.


Sepertiga malam aku terbangun, demi apa? Apakah untuk menengadahkan tangan pada tuhan si pemilih jagad, mengucapkan namamu dalam doa yang kutumpahkan? Bukan! Lebih tepatnya  ingin menjadikanmu ratu abadi di hatiku dan juga pada dunia nyata. Bukan hanya kasat di dalam rasa. Aku menyiapkan ritual acara, menyebutkan namamu dalam mantra di atas sesajen beraroma kemenyan. Persekutuanku dengan makhluk astral pun dimulai. Kedua sudut bibirku terangkat, mataku berbinar. Kegelisahan akan melandamu dan hanya aku yang kau damba tentunya.

~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wanita dan Skincare

  Skincare diambil dari Bahasa Inggris yang artinya skin artinya kulit sedangkan care artinya peduli jadilah skincare   adalah berbagai   ...